WISATASEMARANG.ID – Lawang Sewu adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia, dan jika dikaitkan dengan Pintu Seribu dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa. Bangunan ikonik Semarang, Rawang Sewu, merupakan bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1904 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Gedung ini adalah kantor Belanda-India Spurweg Martschappi (NIS).
Alasan bangunan bersejarah ini disebut Gedung Lawang Sewu adalah karena terdapat banyak pintu di gedung ini. Padahal, Lawang Sewu memiliki sekitar 430 pintu, kurang dari 1.000. Ada pintu dan jendela Jendela Gedung Lawang Sewu tinggi dan lebar seperti pintu. Orang yang bepergian ke Lawang Sewu terkadang salah mengira jendela sebagai pintu. Saat berkunjung ke situs Lawang Sewu, berhati-hatilah agar anak Nusantara tidak salah masuk.
Sejarah Lawang Sewu
Sejarah Lawang Sewu merupakan bangunan kuno dan megah berlantai dua, dibangun pada tanggal 27 Februari 1904 di atas lahan seluas 14.216 m2, nama lain Het hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau Indonesia Timur, terletak di Markas Besar Perusahaan Kereta Api India. Belanda adalah bagian dari NIS.
Perkembangan ini didasarkan pada perluasan kantor pusat NIS. Pada tahun 1864, kereta api pertama di Indonesia dibangun, menghubungkan stasiun kereta api NIS Semarang dengan stasiun kereta api. Terus berkembang hingga tahun 1873 ketika diperpanjang hingga menghubungkan Semarang, Solo dan Yogyakarta. Tujuan awal dibangunnya rel ini adalah untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dari keraton Solo dan Yogyakarta atau Forstenlanden ke pelabuhan Semarang.
Dapat dilihat bahwa perkembangan perusahaan NIS ini pada saat itu tentunya menambah jumlah karyawan. Karena kekurangan gedung akibat bertambahnya pekerja, NIS memutuskan untuk membangun kantor administrasi baru di Semarang, yaitu Rawang Sewu. Saat itu, rencana pembangunan Gedung Lawang Sew dipercayakan kepada guru besar. Jacob F. Klinkamer dan B.J. Queenag di Amsterdam. Gedung Rawang Sewu juga pernah menjadi kantor Dinas Prasarana Markas Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan kantor wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah pada tahun-tahun pasca kemerdekaan Indonesia. Itu juga digunakan dan dimanfaatkan sebagai Otoritas Kereta Api Republik Indonesia (DKRAI). Lawang Sew Vil juga memiliki catatan sejarah Pertempuran Lima Hari atau Paraghan Riman Dina yang terjadi di Semarang pada tanggal 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945.
Gedung Lawang Sewu menjadi medan pertempuran utama antara pemuda AMKA (kepanjangan dari Korps Pemuda Kereta Api) melawan polisi militer Jepang dan polisi anti huru hara. Basement Lawang Sewu Sebelum Indonesia merdeka, ketika Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, gedung Lawang Sewu berada di bawah kendali militer Jepang. Ruang bawah tanah yang dulunya digunakan Belanda sebagai pendingin alami bangunan, dengan kolam. Ada air bersih yang digunakan orang Jepang sebagai penjara bawah tanah. Di ruang sempit ini, tawanan perang ditahan di sel yang sama. Ruang bawah tanah yang dibanjiri dikatakan mencapai leher orang dewasa. Setelah itu, Lawang Sewu berubah menjadi tempat seram. Namun, basement Lawang Sewu ditutup karena masalah pemeliharaan. Oleh karena itu, jika ada Anak Nusantara yang mencoba turun ke bawah Lawang Sewu tidak dibuka untuk umum untuk jangka waktu yang tidak diketahui.
Tahun-tahun yang agak terlupakan memunculkan banyak penemuan baru yang menunjukkan bahwa Lawang Sewu telah digunakan. Sebagai ajang menguji nyali. Banyak penampakan non-manusia bahkan supernatural, dan kejadian aneh sering dikatakan telah membuat beberapa orang mengatakan bahwa mereka dirasuki oleh Rawang Sewu. Karena itulah, banyak orang yang memilih wisata malam Lawang Sewu.
Dianggap tua dan menakutkan oleh banyak pihak, Gedung Lawang Sewu telah menarik perhatian dan telah dilestarikan serta diregenerasi oleh PT KAI Persero, sebuah unit pelestarian monumen dan bangunan bersejarah. Tempat misterius Lawang Sewu berubah menjadi tempat yang indah. Lawang Sewu harus masuk dalam daftar kunjungan Anda saat berkunjung ke Semarang. Lawang Sewu tidak lagi sepi, takut, atau dihantui hantu. Karena banyak kegiatan disana dan banyak dikunjungi orang. Wisatawan juga bisa membeli oleh-oleh yang banyak dijual, bahkan ada restoran cepat saji di Situs Lawang Sewu. Kisah Lawang Sewu semakin populer, tidak hanya untuk kisah misterius Lawang Sewu. Dari penjelasan sejarah Lawang Sewu, bangunan bersejarah ini dijadikan cagar budaya dan dilindungi oleh pemerintah. Situs Anak Nusantara yang ingin belajar bangunan Lawang Sewu bisa datang langsung ke Situs Lawang Sewu.
Terletak di Kompleks Tugu Muda, Jl. terletak. Pemuda, Sekayu, Semarang, Jawa Tengah. Untuk mencapai bangunan bersejarah Lawang Sewu dari luar kawasan , tersedia berbagai pilihan transportasi. kereta api, pesawat, bus, dll. Bagi anak-anak di Nusantara yang memilih menggunakan KA disarankan untuk mengambil rute dengan Stasiun Tawan sebagai tujuan akhir. Jarak dari Stasiun Tawan ke Lawang Sewu hanya 3,5 km. Namun, jika Anda sudah memesan tiket jalur Stasiun Semarang Pongkol, disarankan untuk menuju Lawang Sewu yang jaraknya sekitar 4 km melalui Jalan Pemda. Rencanakan perjalanan Anda ke situs Lawang Sewu di Anak Nusantara secara detail. Mulailah dengan rencana perjalanan Anda dan rencanakan sewa mobil Semarang yang sesuai dengan anggaran Anda. Biaya Tiket Masuk Lawang Sewu Lawang Sewu harus membayar anak Indonesia untuk menikmati keindahan ikon Semarang ini.
Berikut daftar harga Tiket Masuk Lawang Sewu dan Jam Buka Lawang Sewu
Jam Buka Open Hours |
07.00 – 21.00 WIB 07.00 am – 09.00 pm |
Dewasa Adult |
Rp 10.000 |
Anak Kids (3 – 12 Tahun/Year) |
Rp 5.000 |
Pelajar (SD s.d SMA) Student (Elementary School until Senior High School) |