WISATASEMARANG.ID Pasca pandemi, perekonomian Kota Semarang tetap berjalan normal. Sehingga kawasan wisata Lawang Sewu dan kota tua akan mulai booming kembali. Bahkan Kampung Rejomulyo di Kecamatan Semarang Timur yang dulunya merupakan Kampung Batik Djadoel disulap menjadi kampung wisata edukasi.
Nama Djadoel berasal dari kata “Belandja dan Doelan”. Kampung Batik Djadoel tidak hanya menjadi pusat penjualan batik tetapi juga menyediakan pusat pembelajaran membatik bagi pengunjung yang ingin belajar. Selain toko, lanskap desa dicat dengan berbagai motif batik dan relief sejarah. Tembok desa dengan motif batik memiliki cerita sejarah tersendiri. Siapa pun yang tertarik dengan ceritanya saat berbelanja dapat mengaksesnya melalui barcode di katalog.
Misalnya, di Desa Batik Djadoel, batik sudah dipraktikkan sejak zaman penjajahan Jepang. Namun, kegiatan membatik terhenti karena desa tersebut terbakar habis menjelang kemerdekaan. Kemudian, pada tahun 2006, kegiatan membatik dimulai lagi yang diawali oleh Sinto Sukawi Sutarip .
Kampung Batik Djadoel Jenis batik yang utama adalah Batik Semarang, namun batik dari daerah lain juga bisa dibuat. Harga batik berkisar dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. “Ini benar-benar Semarang, kami lebih memilih kejayaannya.
Luwijanto mengungkapkan, sebelum menjadi Kampung Batik Djadoel, kawasan tersebut merupakan kawasan kumuh dan rawan banjir. Kemudian, pada 18 Desember 2016, masyarakat mulai berbenah dan memutuskan untuk memperbaiki lingkungannya dengan mengoptimalkan potensi yang ada. Kunci sukses inovasi masyarakat Kampung Batik Djadoel adalah Kepedulian Perubahan dan Perubahan (KPK).